
Sabtu, 9 April 2011 adalah tanggal yang dipilih oleh Astra Honda Training Center (AHTC) untuk kesekian kalinya mengadakan gelaran sharing dan workshop atas produk-produk yang jadi andalan PT. Astra Honda Motor (AHM) sebagai agen tunggal pemegang merk Honda di Indonesia. Bagi saya, ini adalah kali kedua berkesempatan untuk ikut dalam acara ini. Setelah pada bukan november 2010 yang lalu AHTC mencoba mencoba membangun jembatan komunikasi antara media-kedua (Blogger sebagai independent-media) dan pengguna langsung yang diwakili beberapa kawan bikers dari AHJ (Asosiasi Honda Jakarta) untuk salah satu produknya Honda PCX-125 yang lalu. Kali ini, AHTC sekali lagi membuka pintu untuk lebih mengenal satu varian baru lagi di kelas Sport yaitu Honda CBR-250R.
Acara yang memakan waktu hampir seharian ini kembali merangkul peserta workshop yaitu beberapa punggawa blogger otomotif dan AHJ sebagai asosiasi yang menaungi klub-klub motor Honda untuk wilayah Jakarta-Tangerang. AHJ sendiri diwakili beberapa klub semisal CBR250R Club (Honda CBR 250R) dan DeNyut RC (Honda New Tiger Revolution Cruiser).
Jika biasanya, suatu promosi produk umumnya mengedepankan kepuasan pengguna dengan uji coba pemakaian (Test Ride) habis-habisan, maka apa yang dilakukan PT. AHM melalui AHTC adalah sesuatu yang patut diacungi jempol karena AHM bahkan rela menggelar acara selevel bedah mesin yang saat ini baru berani dilakukan oleh satu pabrikan motor ini. Seperti halnya pada ulasan yang telah lalu mengenai Honda PCX-125, beberapa instruktur AHTC -yang juga merupakan instruktur resmi dari hampir semua mekanik bengkel resmi Honda (AHASS) di seluruh indonesia ini, habis-habisan menerangkan fitur-fitur yang menjadi andalan Honda CBR-250R ini.

» PGM-FI (Programmed Fuel Injection)

Sistem injeksi yang berembel-embel PGM "Programmed" pada produk-produk mutakhir PT. AHM memang mematok titik efisiensi pasokan bahan bakar yang dikontrol penuh secara elektronik oleh berbagai sensor yang terintegrasi dengan Electronic Control Module (ECM) pada sistem tersebut. Mudahnya, salah satu keunggulannya (atau mungkin kelemahan bagi yang lainnya) adalah tidak lagi diperlukannya pengaturan/setting racikan udara dan bahan bakar yang biasanya pada sistem karburator mesti dilakukan terutama di pagi hari untuk mencapai kondisi idle (langsam).
Dari beberapa artikel yang saya dapatkan dari kawan blogger lain (terutama yang sering menulis ulasan dunia otomotif seperti Bro Stephen Langitan atau Bro Taufik), hasil uji dyno-test yang juga sesuai dengan lansiran resmi PT. AHM menunjukkan bahwa dibanding kompetitornya, CBR-250R unggul di Torsi dan putaran bawah-menengah. Angka 22.9 Nm pada 7000 RPM menunjukkan bahwa performa putaran rendah CBR-250R akan cukup mudah teraih dibanding nilai 20 Nm pada 9500 RPM oleh Kawasaki Ninja 250R. Tapi untuk perfomance, Top-Speed, terlihat bahwa putaran atas Ninja menunjukkan angka diatas kertas yang lebih baik yaitu 23.4 kW/11000 RPM mengungguli 18.7 kW/8500 RPM milik CBR-250R [perbedaan angka pada gambar dikarenakan perbedaan satuan yang digunakan]. Tentu saja ini tidak terlepas dari peran sistem injeksi yang lebih mengejar aspek efisiensi.
» C-ABS (Combined Anti-Lock Brake System)

Salah satu hal yang harus dipahami adalah bahwa sistem ABS tidak menambah kadar ke-pakem-an pengereman. Artinya pada keadaan normal, jarak henti sepeda motor dengan atau tanpa sistem ini adalah sama. Lalu dimana bedanya?. Sebagai ilustrasi seperti halnya pada mobil, sistem ABS akan "melarang" roda untuk terkunci yang hasilnya akan menyebabkan laju kendaraan menjadi liar dan sulit dikendalikan. Hal ini dimungkinkan karena pada sistem ini akan mensimulasikan rerata kejutan rem sebanyak 50 kali per detik. Ini berarti bahwa sensor pada sistem ini akan segera melepaskan kompresi kaliper, apabila roda terdeteksi dalam keadaan terkunci.
Bilamana hal ini terjadi?. Mungkin diantara kita pernah menghadapi situasi darurat, dimana secara spontan kita sebagai pengendara akan melakukan pengereman mendadak. Disaat seperti ini, akan dimungkinkan roda akan mengunci dan ban akan kehilangan gaya geseknya dengan aspal. Pada mobil, kasus ini akan menyebabkan mobil melaju lurus tanpa bisa dikendalikan untuk berbelok kiri atau kanan. Sedangkan pada sepeda motor, kejadian ini pelak akan menyebabkan motor oleng dan lebih parah lagi, jatuh.
Video diatas setidaknya mewakili perbedaan sistem pengereman dengan atau tanpa ABS pada sepeda motor. Kondisi pengereman mendadak pada sepeda motor tanpa sistem ABS akan menyebabkan motor 'melintir' akibat terkuncinya roda sedangkan jalanan dalam kondisi kurang traksi (misal jalanan basah setelah hujan, atau berpasir). Sistem Combined-ABS yang diterapkan pada Honda CBR-250R mempunyai fungsi sama, yaitu keselamatan. Kata "Combined" menunjukkan bahwa sistem pengereman ganda yang membagi beban ke dua roda sekaligus adalah kombinasi yang tepat oleh Honda untuk semakin mengurangi resiko kecelakaan (Seperti telah ter-aplikasi pada Honda PCX dan Honda Vario CBS). Nilai yang sangat berharga untuk keselamatan berkendara untuk mengurangi (bukan menghilangkan sama sekali) resiko berkendara roda dua.
» Pricing Strategy
Mungkin terakhir yang paling menjadi menjadi bahan pertimbangan adalah soal harga :). Sebenarnya pada acara ini tidak secara eksklusif dipaparkan mengenai harga jual. Namun saya masukkan dalam kategori yang terbilang penting, karena menyangkut daya beli karena toh sebenarnya PT. AHM sudah merilis secara resmi harga OTR produk ini untuk wilayah jakarta. Cukup menarik ketika Honda melepas dua varian sekaligus. Yaitu CBR-250R Non-ABS dan varian ber-ABS. Mengapa menarik, karena bila disejajarkan nilai jual kompetitornya, maka angka 39,5 juta Rupiah untuk versi Non-ABS adalah harga yang sangat menarik perhatian konsumen. Sedangkan kisaran 46,5 juta Rupiah untuk versi ABS rasanya juga tetap merupakan angka yang cukup tepat untuk mencuri hati konsumen jika (lagi-lagi) harus dibandingkan dengan saingan sekelasnya.
Jadi, pilihan tetap milik konsumen. Bagi saya, acara ini cukup bisa dijadikan contoh untuk pihak lain yang semestinya juga sering mengadakan acara semacam ini. Setidaknya bukankah ketika kecil dulu kita sering diajarkan untuk tidak membeli "kucing dalam karung". :)

Ditulis sebagai pengingat untuk saya, dan yang menginginkan.
PS: #sumber dyno-test didapatkan dari motorcycle-usa.com


Sharing & Workshop Honda CBR-250R : AHM, Blogger & AHJ











Secara umum, memang PCX-125 sarat fitur teknologi baru yang sudah dijejalkan R&D Honda Jepang. Setidaknya ada lima fitur utama yang AHM unggulkan dari sepeda motor tersebut, Idling Stop System, Alternator Starter, Anti-Theft Alarm, Combi-Brake System dan PGM-FI. Dari kelimanya, sejauh pengetahuan saya terdapat dua fitur yang belum pernah dicicipi kendaraan lain yaitu Idling Stop System dan Alternator Starter. Secara sederhana, Idling Stop System yang disematkan ke PCX-125 ini akan membuat motor ini menon-aktifkan mesin saat mesin Idle (tidak bergerak) lebih dari 3 detik namun akan seketika kembali hidup jika Throttle (Gas) dibuka. Tentu saja hal sesederhana ini akan cukup mengurangi konsumsi bahan bakar saat mesin tidak digunakan menggerakkan roda. Ya kelihatannya sederhana dan malah merepotkan, namun sesungguhnya tidak sesederhana itu juga. Masih ada beberapa parameter yang harus dipenuhi untuk mengaktifkan fitur ini, misalnya suhu mesin harus telah mencapai 60 derajat. Karena jika tidak, tentu kawan-kawan akan bertanya-tanya “Kalau begitu, saat mesin dihidupkan pagi hari untuk dipanaskan, nanti mesinnya mati sendiri dong?”. Atau bahkan sampai soal kerja mesin yang bisa jadi terlalu berat ketika dia harus hidup-mati-hidup sesering itu. Jawabannya ada pada fitur berikutnya, yang saya sebut cukup menarik dan menunjang sistem Idling Stop tersebut yaitu Alternator Starter.
Sistem starter elektrik di motor umumnya menggunakan magnet permanen untuk memutar dinamo starter dan dengan bantuan tuas untuk “memperpanjang” gaya gerak yang dimiliki ke shaft, yang pada prinsipnya masih sama saja dengan sistem engkol (-ini yang kemudian sering menyebabkan suara hentakan ketika starter elektrik dihidupkan). Pada Alternator Starter, keseluruhan keuntungan mekanis oleh tuas atau dinamo starter diambil alih sepenuhnya oleh arus listrik saja. Arus listrik ini digunakan untuk menghasilkan medan magnet yang cukup kuat (-sehingga jika kita ingat pelajaran fisika di sekolah dulu, adanya arus listrik dan medan magnet akan menyebabkan GAYA LORENTZ) untuk menghasilkan torsi yang sedemikian besar untuk memutar flywheel dan seterusnya sampai menggerakkan poros engkol mesin (crankshaft atau bahasa bengkel yang sering kita dengar kruk-as). Lalu apa efeknya?, ya tentu saja hentakan yang biasa kita dengar saat menghidupkan mesin tidak akan lagi ada. Ketika tombol starter kita tekan, tidak lama “tiba-tiba” mesin sudah hidup. Dan ketika mesin sudah hidup, maka sistem ini akan berganti fungsi sebagai alternator AC-DC layaknya di kendaraan lain sebagai penghasil arus listrik untuk menghidupi berbagai perangkat kelistrikan diseluruh badan motor. Uhm.. quiet interesting bahkan untuk jenis kendaraan roda-4 pun belum ada yang mengadopsi sistem ini (-selain juga alasan bahwa piston yang menjadi beban untuk dihidupkan di mobil tentunya ada lebih dari satu, yang pastinya butuh kerja keras dari Bapak Lorentz itu tadi :D ).
Tentu saja apa yang telah dibahas tersebut membutuhkan satu ‘ruang komando’, atau setidaknya satu ‘operator kendali’ untuk melakukan semuanya dari mulai sinkronisasi data mesin ke panel instrumen sampai dengan urusan pengaturan pasokan bahan bakar. "Otak" inilah yang di Honda PCX-125 disebut dengan ECM (Electronic Control Module). Mungkin ini yang sedikit mengganggu beberapa kawan-kawan di Workshop ini karena peletakan ECM –yang sedemikian penting fungsinya, di bagian depan tangki bahan bakar dan agak terekspose dari cipratan air. Terlebih untuk mereka yang sudah terbiasa dengan kebiasaan banjir di Jakarta, karena musuhnya bukan lagi ‘cipratan’ tapi bahkan ‘genangan’. Tapi setidaknya, patokan ketinggian yang instruktur AHM jelaskan bahwa sampai kedalaman 30cm masih aman sedikit mengobati. Lagi pula, diluar nilai obyektifitas saya pribadi, sebenarnya yang harus diatasi adalah menghilangkan banjir di jakarta, bukan mengakali banjir dengan menyelamatkan diri (atau bahkan menyelamatkan ECM motor). Ya, kan.. Mr. Governoor. :P

Nope but yes, I try to open this conversation with that political economy idiom. But here, since we aren't sitting on our economy class-room, why aren't we talk about economy in our practice world. I have never been done thinking about the discussion (or sometimes "debate") on this one, because in our perspective, as a customer, hosting providers available on the Internet is increasingly more numerous and were scattered everywhere in every sight of internet world. On the one hand we will be served at the many choices. However, on the other hand, this convenience will be like a boomerang and instead turned to be very difficult for us. How could this have happened? The choices that many of these have always said that each one of them is that most service providers give the "best service", "best price", "best speed", and treat us with their other "best" thing. 


Insurance. A simply word with a complicated way to determine the best products one. Maybe there is more than hundreds or thousands of an insurance agency spread all over America or worlds. Complicated? Yes, quiet sure it is. Simple? None at all. Is there any 'simple' solution?.. ehm, let see. I tried to give you another point of view about "choosing" one of the best insurance solution based on the experts. Not just better, i even guarantee you that these
Nowadays, nearly all public services or even any services take advantage of Internet technology and gives us more and better level of ease of access to any services. But this time, those services have been trying to seduce us by all means through the internet media.
There are many reasons for us to consider to determine the option on an insurance agency or institution for ourselves, family or even our colleagues. There is a lot of interesting offerings we have to check one by one to get the best service among those many choices. Why should we do this? Because we never wanted to make a mistake even though only one in a lifetime. Especially when we put our financial investment in our whole lifetime.



My name is 